Menjadi seorang wirausaha yang sukses membutuhkan motivasi kuat dan
terarah. Motivasi tersebut terletak sebelum orang memulai usaha dan pada saat
mengembangkan usahanya tersebut agar lebih maju.
Dan hari ini sobat blogger,, kita mau sharing-sharing nih tentang
motivasi wirausaha dari seorang wirausahawan sukses dari kota satria alias
Purwokerto, Banyumas.
Pak Kartam,
sang pemilik usaha memulai usaha pada tahun 2002 dengan usaha Kopra dari
Kelapa. Setelah 4 tahun usaha Kopra berjalan, Pak Kartam memiliki ide untuk
melakukan diversifikasi usaha berupa kerajinan dari bathok kelapa. Ide tersebut
awalnya muncul karena limbah dari pengolahan kopra berupa bathok kelapa yang
pada saat itu hanya dimanfaatkan sebagai arang. Selain dari factor pemanfaatan
limbah, terdapat factor lain yang memotivasi Pak Kartam untuk mendirikan “Karya
Bathok”. Sebelum Pak Kartam merealisasikan usaha tersebut, beliau belum
mengerti betul tentang kerajinan bathok kelapa, mulai dari penyediaan alat,
cara pengolahan maupun pemasaran. Namun, salah satu teman beliau memberikan
informasi tentang usaha bathok kelapa yang sebelumnya telah menjalanin usaha
bathok kelapa, meskipun hanya menghasilkan 1 produk saja berupa centong nasi
bathok kelapa. Dari sinilah, Pak Kartam memiliki keyakinan untuk memulai usaha
bathok kelapa.
Tahun 2006,
Pak Kartam memulai usaha kerajinannya yang terkenal dengan sebutan “Karya
Bathok”. Saat itu, Pak Kartam belum memiliki modal yang cukup untuk membeli
mesin ampelas yang merupakan sarana produksi utama dalam kerajinan bathok
kelapa. Beliau pun, bekerja sama dengan Disperindag Banyumas untuk permintaan
alat produksi. Setelah berhasil mendapatkan alat produksi dari Disperindag
secara gratis, Pak Kartam pun memulai usaha kerjinan bathoknya dengan pembuatan
produk perdana yaitu tempat pakan ayam. Seiring berjalannya dan berkembangnya
usaha kerajinan “Karya Bathok”, Pak Kartam tidak berhenti untuk berinovasi
menghasilkan produk-produk bathok kelapa lain yang unik dan inovatif.
UMKM “Karya
Bathok” yang didirikan Pak Kartam sebagai usaha
diversifikasi yang beliau lakukan sudah tentu terdapat kendala-kendala
yang menghambat. Saat mengawali usaha, Pak Kartam belum memiliki alat produksi
yang dapat meunjang kegiatan produksi kerajinan bathok kelapa. Hal ini karena
modal yang masih terbatas untuk pembelian alat tersebut. Meskipun pada saat
itu, Pak Kartam telah memiliki penghasilan dari usaha kopra, namun dikarenakan
tingginya harga alat produksi tersebut, beliau pun tidak memprioritaskan untuk
membeli alat produksi utama penunjang kegiatan produksi kerajinan bathok
kelapa. Berdasarkan alasan tersebut, seperti yang telah dijelaskan di atas, Pak
Kartam akhirnya bekerjasama dengan Disperindag dengan tujuan agar mendapatkan
bantuan modal berupa alat produksi.
Setelah UMKM “Karya Bathok” ini berjalan hingga
beberapa waktu dan sukses dengan produk tempat pakan ayamnya, beliau
mendapatkan pendapatan tambahan dari usaha karya bathok ini. Namun, perjalanan
usaha ini sempat beberapa kali melewati masa-masa yang tidak menyenangkan.
Pernah pada 2 tahun masa jaya “Karya Bathok”, Pak Kartam tertimpa musibah yaitu
sebagai korban penipuan. Sistem pemesanan di “Karya Bathok” adalah pembayaran
setengah harga pada saat pemesanan dan sisanya dibayarkan pada saat barang
telah diterima, namun ada oknum yang tidak bertanggung jawab melarikan barang
tanpa melunasi sisa pembayaran. Kejadian ini tidak hanya terjadi satu kali,
tetapi beberapa kali hingga Pak Kartam kehabisan modal dan off produksi.
Beliau menghentikan produksi selama ± satu tahun dan usaha “Karya Bathok” yang
baru seumur jagung pada saat itu hamper mengalami kebangkrutan. Namun berkat
dari semangat dan ketekunan Pak Kartam yang memang sudah melekat dalam dirinya,
setahun kemudian Pak Kartam bangkit dan mulai menjalankan usahanya kembali.
Modal yang digunakan untuk mulai menjalankan usahanya kembali berasal dari
pinjaman bank.
Selain penipuan, kendala lain dalam mengembangkan
usaha “Karya Bathok” adalah dari segi pemasaran khususnya daerah Purwokerto.
Bidang kerajinan memang menghasilkan profit besar karena harga produk yang
mahal dilihat dari proses pembuatannya yang merupakan karya tangan manusia (hand
made). Namun, di sisi lain, pecinta kerajinan di Purwokerto masih jarang.
Masyarakat Purwokerto memandang kerajinan sebagai produk yang terlalu mahal.
Misalnya saja kotak tissue, “Karya Bathok” menjual dengan harga kisaran
50.000-80.000 (tergantung ukuran), sedangkan di luar banyak kotak tisu yang
harganya hanya dibawah 20.000. Tentu saja mereka lebih memilih harga yang lebih
murah, karena mereka berfikir “untuk apa membeli yang mahal jika hanya untuk
sebuah tempat tissue”. Untuk mengatasi kendala yang satu ini, maka daerah
pemasaran “Karya Bathok” lebih banyak ke luar Purwokerto, seperti Jakarta, Kudus,
Jepara, dan Semarang untuk produk tempat pakan ayam dan Bali untuk produk
gantungan kunci.
Ketika kami melakukan wawancara dengan pemilik “Karya
Bathok”, Pak Kartam, beliau memberikan wejangan kepada kami berupa beberapa
yang harus diperhatikan untuk menjadi wirausaha sekses. Hal-hal tersebut antara
lain rajin meninjau pasar untuk mengamati preferensi konsumen terhadap produk
yang kita hasilkan, mengerti hukum pasar agar setiap keputusan yang diambil
tidak keliru dan dapat memaksimalkan laba, meminimalisasi biaya. Pada kasus
usaha Pak Kartam, saat ketersediaan bathok kelapa melimpah, kita harus pintar
menurunkan harga, bermain-main dengan harga sehingga dapat memperoleh bahan
baku dengan harga rendah. Namun tidak dapat dipungkiri, saat keterssediaan
bathok kelapa menipis, bersiaplah jika kita yang akan dipermainkan oleh harga.
Penjual bahan bahan baku akan berani menaikkan harga karena kelangkaan bahan
baku tersebut.
Notes:
Seorang wirausahawan tidak akan menyerah dan menutup
usahanya begitu saja saat terjadi kendala-kendala besar, seperti penipuan yang
dialami. Ketekunan dan semangat yang tinggi serta tekad yang kuat merupakan
kunci utama dari kesuksesan wirausahawan.
Keep Spirit...